Selasa, 17 Juli 2012

BIOGRAFI PENDIRI NAHDLATUL WATHAN (NW), NWDI dan NBDI


BIOGRAFI PENDIRI NAHDLATUL WATHAN
(TUAN GURU KIAI HAJI MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJID)

Kelahiran, Keluarga dan Silsilah Keturunannya

Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin – Abdul majid dilahirkan di Kampung Bermi Pancor Lombok Timur pada tanggal 17 Rabi’ul Awal 1324 H (1906 M). Nama kecil beliau Muhammad Syaggaf dan berganti nama menjadi Haji Muhammad Zainuddin setelah menunaikan ibadah haji. Yang mengganti adalah ayah beliau sendiri, yaitu Tuan Guru Haji Abdul Majid. Nama itu diambil dari nama seorang ulama’ besar, guru di Masjidil Haram, yang akhlaq dan kepribadiannya sangat menarik hati sang ayah, yaitu Syaikh Muhammad Zainuddin Serawak.
Beliau adalah anak bungsu yang lahir dari perkawinan  Tuan Guru Haji Abdul Majid dengan Hajjah Halimatus Sa’diyah. Beliau bersaudara kandung lima orang, yaitu : Siti Syarbini, Siti Cilah, Hajjah Saudah, Haji Muhammad Shabur dan Hajjah Masyithah.
Ayahandanya yang terkenal dengan panggilan “Guru Mu’minah” itu adalah seorang muballig dan terkenal pemberani, pernah memipin pertempuran melawan kaum penjajah; sedangkan ibunya terkenal sangat shaleh.
Sejak kecil beliau terkenal sangat jujur dan cerdas. Karena itu, tidak mengherankan kalau ayah – bundanya memberikn perhatian khusus dan meumpahkan kecintaan serta kasih sayag demikian besar kepada beliau. Ketika beliau melawat ke tanah suci Makkah Al Mukarramah untuk melanjutkan studi, ayah-bundanya ikut mengantar ke tanah suci. Ayah handanyalah yang mencarikan beliu guru,tempat beliu pertama kali belajar  di Masjidil Haram, Bahkan ibundanya, Hajjah Halimatus Sa’diyah ikut mukim di tanah suci mengasuh dan mendampingi beliau sampai ibundanya yang tercinta itu berpulang ke rahmatullah tiga setengah tahun kemudian dimakamkan  di Mu’ala Makah.
Tentang silsilah keturunan beliau yang lengkap tidk dapat di kemukakan secara utuh,karena dokumen dan catatan  silsilah keturunan beliau ikut terbakar ketika rumah rumah orang tua beliau menglami kebakaran. Namun yang jelas bahwa silsilah keturunan beliau adalah dari garis yang terpandang, yaitu dari keturunan Selaparang adalah nama kerajaan Islam Yang pernah berkuasa di pulau lombok.
Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainudin Abdul Majid di dalam perkawinannya sulit sekali memperoleh keturunan, sehingga beliau pernah dianggap mandul, padahal beliau sendiri sangat menginginkan keturunan yang akan melanjutkan perjuangan beliau untuk mengembangkan dan menegakkan ajaran-ajaran Ahlusunnah wal Jama’ah melalui organisasi Nahdlatul Wathan yang beliau dirikan. Beliau hanya dianugrahi dua orang anak dan keduanya putri, yaitu :
1.     Hajjah Siti Rauhun dari Ummi Jauhariyah
2.     Hajjah Siti Raihanun dari Ummi Rahman.
Karena hanya mempunyai dua anak itulah, beliau juga dipanggil dengan nama “Abu Rauhun wa Raihanun”.

Pendidikannya
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, sebelum melanjutkan studinya ke tanah suci Makkah, beliau menamatkan pelajarannya di Sekolah Rakyat 4 tahun di Selong Lombok Timur pada tahun 1919 M, dan belajar agama Islam pada ayahandanya TGH Abdul Majid, TGH Syarafuddin Pancor dan TGH Abdullah bin Amaq Dulaji Kelayu Lomok Timur. Setelah berusia 17 tahun, yaitu pada tahun 1341 H/1923 M, berangkatlah beliau ke tanah suci Makkah Al Mukarramah utnuk melanjutkan studi, memperdalam berbagai macam disiplin pengetahuan Islam. Beliau berangkat bersama keluarga beliau, dan belajar di tanah suci selama 12 tahun.
Di kota suci Makkah Al Mukarramah, mula-mula beliau belajar di Masjidil Haram. Ayahandanya sangat selektif dalam mencari dan menentukan guru yang akan mengajar dan mendidik putra kesayangannya itu. Ayahandanya yakin bahwa guru adalah sumber ilmu dan kebenaran serta menjadi panutan bagi murid dalam pola berpikir dan berperilaku dalam seluruh aspek kehidupan, sehingga ilmu dan didikan yang diperoleh murid berguna dan bermanfaat bagi kehidupan baik di dunia maupun diakhirat.
Di Masjidil Haram beliau belajar sangat  tekun pada ulama’-ulama’ terkenal zaman itu.
Kemudian pada tahun  1928 beliau  melanjutkan studinya di Madrasah Ash-Shaulatiyah yang pada saat itu di pimpin oleh Syaikh  Salim Rahmatullah putra syaikh Rahmatullah,pendiri madrasah ini adalah Ash-Shaulatiyah. Madrasah ini adalah madrasah pertama di tanah suci, dan telah banyak menghasilkan ulama’- ulama’besar.Di Madrasah Ash-Shaulatiyah inilah, beliau belajar berbagai disiplin ilmu pengetahuan Islam dengan sangat rajin dan tekun di tekun di bawah bimbingan ulama’-ulama’ terkemuka kota suci Makkah waktu itu.
Syaikh Zakaria  Abdullah Bila, seorang  ulama’ besar kota suci Makkah, bekas teman beliau mengtakan ;’’ Saya teman seangkatan Syaikh Zainudin. Saya bergaul dekat dengannya beberapa tahun.Saya sangt kagum kepadanya. Dia sangat cerdas, ahlaknya mulia. Dia sangat tekun belajar,sampai-sampai jam keluar main  pun  diisinya dengan menekuni kitab pelajaran dan berdisusi dengan kawan-kawannya’’.
Karena ditunjang oleh kondisi ekonomi yang memadai, tingkat kecerdasan (IQ) yang sangat tinggi, ketekunan dalam belajar, garis silsilah keturunan yang terpandang, kasih sayang serta keihlasan kedua orang tua dan do’a restu dari pak gurunya, maka beliau memperoleh prestasi yang sangat mengagumkan,sehingga berhasil dengan gemilang menyelesaikan studinya di Madrasah Ash-Syaulatiyah pada tahun 1352 H, dengan predikat sangat memuaskan. Kenyataanini tertera dalam ijazah beliau yang sangat khusus ditulis tangan, berbeda dengan Ijazah yang diberikan kepada kawan-kawan beliau. Nilai beliau sangt memuaskan, dengan angka semua 10 (sepuluh) pada semua mata pelajaran yang beliau tempuh, disamping diberikan tanda bintang, sebagai penghargaan atas prestasi dan keberhasilannya yang mengagumkan itu.
Kebersihan beliau meraih prestasi yang tinggi ini pulalah yang menyebabkan beliau mendapat banyak pujian, baik dari maha gurunya sendiri maupun kawan-kawan yang seangkatan dengan beliau dan ulama’-ulama’ terkemuka lainnya.
Pujian itu, antara lain di sampaikan oleh salah seorang mahagurunya, Al “allamah Al Adib Asy-Syaikh As-Sayyid Muhammad Amin Al Kutbi, mahaguru yang memberikan kasih sayang cukup besar kepada muridnya yang genius ini. Pujian tersebut diungkapkan dengan syair berbahasa arab yang maksudnya :

Demi Allah, saya kagum pada Zainuddin
kagum pada kelebihannya atas orang lain
pada kebesarannya yang tinggi
dan kecerdasannya yang tiada tertandingi

Jasanya semerbak di mana-mana
menunjukkan satu-satunya permata
yang tersimpan pada moyangnya
Buah tangannya indah lagi menawan
penaka bunga-bungaan
yang tumbuh teratur di lereng pegunungan

Demikian pula pujian yang disampaikan oleh mahagurunya yang lain, yaitu Al “Allamah Asy-Syaikh Salim Rahmatullah, mudir (direktur) Madrasah Ash-Shaulatiyah dengan ucapannya : “Madrasah Ash-Shaulatiyah tidak perlu memiliki murid banyak, cukup satu orang saja, asalkan memiliki prestasi dan kualitas seperti Zainuddin.

Sedangkan pujian dari kawan sekelasnya diberikan oleh Syaikh Zakaria Abdullah Bila. Beliau mengatakan : “Syaikh Zainuddin adalah saudaraku, karibku, kawan sekelasku. Saya belum pernah mampu mengunggulinya dan saya tidak pernah menang dalam berprestasi, di kala saya dan dia bersama-sama dalam satu kelas di Madrasah Ash-Shaulatiyah Makkah. Saya sungguh menyadari akan hal ini. Syaikh Zainuddin adalah ulama’ dan mujahid (pejuang) agama, nusa dan bangsanya. Saya tahu, telah berapa banyak otak manusia yang diukirnya, telah berapa banyak kader penerus agama, nusa bangsa yang di hasilkannya. Saya tahu, dia adalah mukhlis (orang ikhlas ) dalam berjuang menegakkan iman dan taqwa di negerinya, rela berkorban, cita-citanya luhur. Dia memiliki kelebihan di kalangan teman-teman segenerasinya. Kelebihan yang di miliki selain yang saya sebutkan tadi, yaitu dia selalu mendapat doa restu dari guru-guru kami, ulama’-ulama’ besar di tanah suci Makkah Al Mukarramah utamanya Maulanasy Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyath”.

Pujian Syaikh Zakaria Abdullah Bila seperti di atas, dikuatkan lagi oleh maha gurunya yang paling di cintai dan paling banyak memberikan doa dan inspirasi dalam perjuangannya, yaitu maulanasy Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyiath, dengan ucapan beliau : “saya tidak akan berdoa ke hadlirat Allah s.w.t. kecuali kalau Zainuddin itu, sudah nampak jelas di depanku dan bersamaku”. Beliau juga menagtakan bahwa beliau mencintai setiap orang yang cinta kepada Syaikh Zainuddin dan tidak mencintai orang yang tidak cinta kepada beliau.

Syaikh Isma’il Zain Al Yamani, seorang ulama’ besar kota suci Makkah Almukarramah, sangat kagum kepada Syaikh Zainuddin, kagum kepada ketinggian ilmu dan keberhasilan perjuangan beliau. Dengan penuh keikhlasan ulama’ besar kota suci itu mengatakan bahwa beliau mencintai siapa saja yang cinta kepada Syaikh Zainuddin dan membenci siapa saja yang benci kepada beliau.

Fadlilatul “Allamah Prof. Dr. Sayyid Muhammad “Alawi “Abbas Al Maliki Al Makki, seorang ulama’ terkemuka kota suci Makkah pernah mengatakan bahwa tak seorang pun ahli ilmu di tanah Suci Makkah Al Mukkarramah baik thullab maupun ulama’ yang tidak kenal kehebatan dan ketinggian ilmu Syaikh Zainuddin. Syaikh Zainuddin adalah ulama’ besar bukan hanya milik ummat Islam Indonesia tetapi juga milik ummat Islam sedunia.
Demikianlah pujian yang diberikan secara ikhlas dan jujur baik oleh kawan seperguruan beliau maupun mahaguru dan ulama’-ulama’ lainnya Wlillahil hamdu.

Karya-karyanya

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, selain tergolong tokoh ulama’ dengan bobot keilmuan yang dalam, beliau juga pengarang dan penulis yang produktif. Bakat dan kemampuan beliau sebagai pengarang ini, tumbuh berkembang dari sejak beliau belajar di Madrasah Shaulatiyah. Akan tetapi karena padat dan banyaknya acara kegiatan keagamaan dalam masyarakat yang harus diisi beliau, maka peluang dan kesempatan untuk memperbanyak tulisan dan karangannya tampaknya tidak pernah ada.

Itulah sebabnya pada beberapa kesempatan, beliau mengungkapkan keadaan seperti ini kepada muridnya, bila mana beliau teringat pada kawan seperjuangannya di Madrasah Ash Shaulatiyah Makkah yang juga telah tergolong ulama’ besar dan pengarang terkenal seperti Maulanasy Syaikh Zakaria Abdullah Bila, Maulanasy Syaikh Yasin Padang dan lain-lain. Mereka sekarang ini memiliki karya-karya besar dalam bidang tulis menulis dan karang mengarang.

Akan tetapi TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid tidak pernah berkecil hati, walaupun kawan seperguruannya menonjol dalam bidang tersebut. Beliau menyadari akan hal ini, karena situasi dan kondisi kehidupan ummat dan masyarakat yang di hadapi sangat jauh berbeda, yaitu masyarakat Makkah di satu pihak dan masyarakat Indonesia di pihak lain. Beliau pernah mengatakan “seandainya aku mempunyai waktu dan kesempatan yang cukup untuk menulis dan mengarang, niscaya aku akan mampu menghasilkan karangan dan tulisan-tulisan yang lebih banyak, seperti yang telah di miliki Syaikh Zakaria Abdullah Bila, Syaikh Yasin Padang, Syaikh Ismail dan ulama’-ulama’ lain tamatan Madrasah Asy Shaulatiyah Makkah”.

TGKH Muhamad Zainudin Abdul Majid  sekarang  ini, tampaknya memang tidak cukup waktu dan kesempatan untuk mengarang  dan menulis, karena sebagian besar dan bahkan seluruh waktu dan kehidupan beliau hanya dipakai dan dimamfaatkan untuk mengajar, berdakwah keliling untuk membina ummat dalam upaya menanamkan iman dan takwa.

Bertitik pangkal dari jiwa dan semangat kelahiran Nahdatul Wathan yang selalu bermuara pada iman dan takwa,beliau dengan semangat yang takkunjung padam menghabiskan waktunya berjuang untuk kepentingan ummat, sebagaimana ucapan ikrar beliau sendiri ‘’Aku wakafkan diriku untuk ummat’’.

Kendatipun demikian, di tengah-tengah kesibukan itu beliau masih menyempatkan diri untuk coba mengembangkan bakat dan kemampuannya.

Bagi beliau, mengarang dan tulis menulis, bukanlah suatu tugas dan pekerjaan yang sulit, karena hal ini merupakan bakat dan kemampuan dasar yang dianugerahkan Allah kepada beliau. Bakat dan kemampuan dasar inilah yang terus tumbuh berkembang sejak beliau masih belajar di Madrasah Ash Shaulatiyah Makkah, sehingga tidak mengherankan kalau beliau mendapat pujian dari salah seorang maha gurunya, seorang penyair dan dan pujangga besar Arab, yaitu Maulanasy Syaikh As Sayyid Muhammad Amin Al Kutbi yang sudah dikemukakan pada uraian yang terdahulu.

Di antara Karya Tulis dan Karangan beliau adalah :

A.        Dalam Bahasa Arab
1.         Risalatut Tauhid dalam bentuk soal jawab (Ilmu Tauhid)
2.         Sullamul Hija Syarah Safinatun Naja (Ilmu Fiqih)
3.         Nahdlatul Zainiyah dalam bentuk nadham (Ilmu Faraidl)
4.         At Tuhfatul Ampenaniyah  Syarah Nahdlatuz Zainiyah (Ilmu Faraidl)
5.         Alfawakihul Ampenaniyah dalam bentuk soal jawab (Ilmu Faraidl)
6.         Mi’rajush Shibyan ila Sama-I Ilmi Bayan (Ilmu Balaghah)
7.         An Nafahat’alat Taqriratis Saniyah (Ilmu Mushtalah Hadits)
8.         Nailul Anfal (Ilmu Tajwid)
9.         Hizbu Nahdlatul Wathan (Do’a dan Wirid)
10.      Hizbu Nahdlatul Banat (Do’a dan Wirit kaum wanita)
11.      Shalawat Nahdlatain (Shalawat Iftitah dan Khatimah)
12.      Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan (Wirid Harian)
13.      Ikhtisar Hizib Nahdlatul Wathan (Wirid Harian)
14.      Shalawat Nahdlatul Wathan (Shalawat Iftita)
15.      Shalawat Miftahi Babi Rahmatillah (Wirid dan Do’a)
16.      Shalawat Mab’utsi Rahmatan lil “Alamin (Wirid dan Do’a)
17.      Dan lain-lainnya.




B.        Dalam Bahasa Indonesia dan Sasak
1.         Batu Ngompal (Ilmu Tajwid)
2.         Anak Nunggal Taqrirat Batu Ngompal (Ilmu Tajwid)
3.         Wasiat Renungan Masa I & II (Nasihat dan petunjuk perjuangan untuk warga NW)

C.        Nasyid/Lagu Perjuangan dan Dakwah dalam Bahasa Arab, Indonesia dan Sasak
1.         Ta’sis NWDI (Anti ya Pancor biladi)
2.         Imamunasy Syafi’i
3.         Ya Fata Sasak
4.         Ahlan bi wadfizzairin
5.         Tanawwar
6.         Mars Nahdlatul Wathan
7.         Bersatulah haluan
8.         Nahdlatain
9.         Pacu gama’
10.      Dan lain-lainnya.

Perjuangan dan Kepemimpinannya

Keberhasilan perjuangan seseorang tokoh atau pemimpin banyak ditentukan oleh pola kepemimpinannya. Kearifan seseorang pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya akan menentukan keberhasilan perjuangannya.

Perjuangan dan kepemimpinan merupakan dua hal yang saling kait, karena perjuangan itu akan berhasil baik, apabila pola pendekatan yang digunakan dalam kepemimpinan itu baik, dan kepemimpinan yang arif dan bijaksana akan melahirkan keberhasilan perjuangan.

Dalam bagian ini akan dikemukakan tentang perjuangan yang di lakukan Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid dalam menegakkan agama, serta membangun nusa dan bangsa, dan bagaimana pola pendekatan type kepemimpinan beliau.

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, selain menjadi tokoh pendidikan dan tokoh ulama’ dan juga pejuang agama, nusa dan bangsa dengan semangat dan militansi yang tidak pernah pudar. Beliau adalah perintis kemerdekaan di NTB dengan gerakan “Almujahidinnya” yang bergabung dengan gerakan-gerakan rakyat pembela kemerdekaan lainnya.

Pejuang dan Perintis Kemerdekaan

Dalam perjuangan membebaskan bangsa dan rakyat Indonesia dari cengkraman penjajah Belanda dan Jepang, Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid menjadikan Madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan. Jiwa perjuangan, patriotisme dan semangat pantang menyerah tetap beliau korbankan didada para murid dan santri serta guru-guru  Madrasah NWDI dan NBDI. Karena itu, tidak mengherankan kalau kedua bangsa penjajah itu selalu berusaha untuk menutup dan membubarkan Madrasah NWDI dan NBDI.

Pada zaman penjajah Jepang, Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid berkali-kali di panggil untuk segera menutup dan membubarkan  kedua Madrasah tersebut, dengan alasan bahwa kedua Madrasah tersebut, dengan alasan kedua madrasah ini di gunakan sebagai tempat menyusun taktik dan strategi untuk menghadapi bangsa penjajah tersebut, disamping dianggap sebagai wadah yang berindikasi bangsa asing, karena di ajarkannya Bahasa Arab dikedua madrasah ini.

Kepada pemerintah Pancis Jepang beliau mengemukakan beberapa penjelasan. Di antaranya bahwa bahasa Arab Adalah bahasa Al-Qur’an, bahasa Islam dan bahasa Ummat Islam, bahasa yang di pakai dalam melaksanakan ibadah. Ibadah Ummat Islam menjadi rusak kalau tidak menggunakan bahasa Arab. Itulasebabnya Bahasa arab diajarkan di Madrasah NWDI dan NBDI. Dikedua Madrasah ini juga di didik calon-calon ‘’,yang sangat diperlukan untuk mengurus dan mengatur pribadatan dan perkawinan ummat islam.

Setelah mendengar penjelasan beliau, segeralah pemerintah Jepang yang ada di Pulau Lombok mengirim laporan ke pihak atasannya si Singaraja Bali. Tidak lama kemudian terbitlah surat keputusan si Singaraja dalam bentuk kawat surat, yng berisi antara lain bahwa Madrasah NWDI dan NBDI  dibenarkan untuk tetap dibuka dengan ketentuan supaya nama Madrasah ini diubah menjadi ‘’Sekolah Penhulu dan Iman’’.

Kemudian sesudah beberapa bulan kemerdekaan indonesia diproklamasikan, mendratlah tentara NICAdi Pulau Lombok. NICA adalah singkatan dari Netherlands  Indies  Civil Administrations, yaitu Pemerintah Sipil Belanda yang tergabung dalam Angkatan Bersenjata Negara-negara Sekutu di masa perang Dunia II.

Kebiadapan dan keganasan tentara NICA yang sangat terkenal itu menimbulkan kemarahan Bangsa Indonesia, sehingga Bangsa Indonesia bangkit dan melakukan perlawanan di mana-mana. Tuan Guru kiai Haji Zainudin Abdul Majid bersama murid, santri dan guru-guru Madrasah NWDI dan NBDI membentuk suatu gerakan yang diberi nama ‘’Gerakan Al Mujahidin’’.Gerakan Al Mujahidin ini selanjutnya bergabung dengangerakan rakyat pembela kemerdekaan Indonesia yang ada di pulau Lombok seperti Gerakan banteng Hitam, Gerakan Bambu Runcing, BKR, Api dan lain-lainnya untuk bersama-sama membela dan mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan bangsa Indonesia.

Dalam pada itu, akibat dari perbuatan-perbuatan yang dilakukan  penghianatan-penghianatan bangsa dan negara yang berjiwa budak dan menjadi kaki tangan NICA, Madrasah NWDI dan NBDI diblacklis sebagai markas gelap yang menentang penjajah.Beberapa orang guru NWDI dan NBDI ditangkap dan dijobloskan ke dalam penjara.Di antaranya TGH  Ahmad Rifa’i Abdul Majid (adik kandung TGKH Muhammad Zainudin Abdul Majid ) dipenjarakan Ambon Maluku, TGH Muhammad Yusi Muhsin Aminullah dipenjarakan di Praya Lombok Tengah dan beberapa orang lainnya dikirim kepenjara di Bali. Di samping itu, dalam suatu sidang resmi yang di adakan NICA, Madrasah NWDI dan NBDI  diputuskan untuk ditutup. Namun sebelum keputusan itu sempat dilaksanakan, terjadilah pristiwa 8 Juni 1946, penyerbuan  Tanksi Militer NICA di Selong di bawah pimpinan adik kandung  Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainudin Abdul Majid, yaitu TGH Muhammad Faishal Abdul Majid. Dalam pristiwa ini gugurlah TGH Muhammad Faishal Abdul Majid dan dua orang santri, yaitu Sayyid Muhammad Shaleh dan Abdullah sebagai Syuhada’ kesuma bangsa yang menjadi pencipta dan penghias Taman Makam Pahlawan Rinjani Selong Lombok Timur.

Dengan terjadinya pristiwa 8 Juni 1946 tersebut, keputusan NICA untuk menutup Madrasah NWDI dan NBDI tidak jadi dilaksanakan.Akan tetapi ancaman dan intimidasi dari pihak NICA bersama kaki tangannya semakin gencar   da langsung ditujukan kepada pribadi Tuan Guru Haji Muhammad Zainudin Abdul Majid,  namun berkat perlindungan dan pertolongan Allah Swt, semua perbuatan biadab itu gagal total, sesuai dengan pengesahan Allah Swt di dalam Al Qur’an surat Ali’ Imran ayat 54: yang artinya:
“ Mereka membuat  tipu daya, dan Allah membahas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembahas tipu daya ”.
Di dalam menghadapi setiap ancaman dan tantangan yang datang bertubi-tubi itu, Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin  Abdul Majid sebagai pejuang tidak pernah gentar dan tidak pernah mundur walaupun setapak dari gelanggang perjuangan. Beliau tetap tegak dan tegar dengan semangat yang berkobar-kobar.

Pencetus dan Pelopor Sistem Sekolah/Madrasah di NTB
Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid, selain beliau di kenal sebagai pejuang dan perintis kemerdekaan, juga di kenal sebagai innovator (tokoh pembaharu) dalam bidang pendidikan, utamanya di Nusa Tenggara Barat.

Sesudah beliau kembali ke Indonesia yaitu setelah menamatkan studinya di Madrasah Ash Shaulatiyah Makkah tahun 1934 M/1352 H, mula-mula beliau mendirikan pesantren Al Mujahidin (1934 M) kemudian pada tahun 1936 beliau mendirikan Madrasah NWDI.

Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi beliau mendirikan Madrasah/Sekolah yaitu keadaan umum ummat Islam yang terbelakang dan berada dalam kebodohan dan sistem pendidikan halaqah dan pengajian tradisional yang sejak lama berkembang di Pulau Lombok khususnya dianggapnya kurang efektif dan efesien untuk memajukan masyarakat dalam bidang agama dan ilmu pengetahuan.

Keadaan inilan yang mendorong beliau berupaya mendirikan lembaga pendidikan formal dalam bentuk madrasah sebagai tempat memperdalam pengetahuan agama dan umum serta meningkatkan mutu pendidikan, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berkemampuan tinggi dan memiliki semangat perjuangan yang di landasi Iman dan Taqwa. Dasar pertimbangan lainnya yang mendasari beliau mendirikan mendirikan madrasah yaitu pendapat beliau bahwa mengembangkan Islam melalui pendidikan adalah fardlu ‘ain dan mendidik masyarakat utamanya dalam bidang agama adalah tugas mulia. Karena dengan pendidikan lahirlah manusia yang mampu mengembangkan diri dan keluarga serta masyarakat bangsanya.

Kendati pun beliau mendapat reaksi dari masyarakat atas perjuangannya yang mulia ini, akan tetapi sebagai pejuang, beliau tetap tenang dan tegar menghadapi segala macam rintangan dan cobaan. Beliau berprinsip bahwa “Seorang pejuang harus rela berkorban, karena perjuangan adalah pengorbanan. Seorang pejuang hendaklah dapat menempatkan diri sebagai figur yang tidak takut terhadap ancaman dan caci maki orang”.

Karena ketekunan beliau dalam bidang pendidikan dengan bantuan do’a dari mahagurunya serta bantuan tenaga dari santri dan jamaahnya, maka madrasah/sekolah Nahdlatul Wathan tumbuh dan berkembang sampai dengan Perguruan Tinggi.

Kepemimpinannya
Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid di kenal sebagai ulama’ besar di Indonesia karena ilmu yang dimiliki beliau luas dan mendalam. Demikian juga kharisma sebagai sosok figur ulama’ demikian besar. Beliau adalah tokoh panutan yang sangat berpengaruh karena kearifan dan kebijaksanaannya. Perjuangan dan kepemimpinan beliau senantiasa diarahkan untuk kepentingan ummat. Penghargaan dan penghormatan yang beliau berikan kepada seseorang yang telah berjasa kepadanya, terutama kepada guru-guru beliau, diujudkan dalam bentuk yang dapat memberikan manfaat kepada ummat.

Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa penghargaan beliau kepada maha gurunya yang paling di cintai dan disayangi, Maulanasy Syaikh Hasan Muhammad Al Masysyath diujudkan dalam bentuk Pondok Pesantren Hasaniyah NW di Jenggik Lombok Timur, penghargaan untuk mahagurunya Maulanasy Syaikh Sayyid Muhammad Amin Al Kutbi diujudkan dalam bentuk Pondok Pesantren Aminiyah NW di Bonjeruk Lombok Tengah, dan penghargaan untuk maha gurunya Maulanasy Syaikh Salim Rahmatullah beliau sudah rencanakan untuk mendirikan sebuah Pondok Pesantren di Lombok barat.

Pola kepemimpinan yang beliau contohkan di atas hanya dapat di lakukan oleh orang-orang yang memiliki wawasan ilmu yang dalam serta pimpinan yang memiliki kearifan dan kebijaksanaan.

Demikian pula tentang pendekatan yang beliau lakukan selalu bernilai paedagogis dalam artian bersifat mendidik. Beliau tidak mau bahkan tidak pernah bersikap sebagai pembesar yang di segani. Beliau selalu bertindak sebagai pengayom yang berada di tengah-tengah jama’ah dan senantiasa menempatkan diri sesuai dengan keberadaan dan kemampuan mereka. Demikian pula halnya dikala beliau memberikan fatwanya selalu di sesuaikan dengan kondisi dan jangkauan alam fikiran murid dan santrinya.

Pembawaan dan sikap hidup beliau yang selalu menunjukkan sikap kesederhanaan inilah yang membuat beliau selalu dekat dengan warganya dan muridnya dengan tidak mengurangi kewibawaan dan kharisma yang beliau miliki. Keluhan dan rintihan yang disampaikan para muridnya di tampung, di dengar dan dicarikan jalan penyelesaiannya dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan, dengan tidak merugikan salah satu pihak.

Untuk melanjutkan gerak juang Nahdlatul Wathan di masa datang, beliau sangat mendambakan munculnya kader-kader yang memiliki potensi dan militansi tinggi, baik dari segi semangat, wawasan, maupun dari segi bobot keilmuan. Dalam banyak kesempatan beliau sering menyampaikan keinginannya, agar murid dan santri beliau memiliki ilmu pengetahuan sepuluh bahkan seratus kali lebih tinggi dari pada ilmu pengetahuan yang dimiliki beliau. Demikian motivasi yang selalu beliau kumandangkan, agar para murid dan santri beliau lebih tekun dan berpacu dalam memperdalam ilmu pengetahuan, baik di dalam maupun di luar negeri.

Dalam menghadapi dan menerima para santri dan muridnya, beliau tidak pernah membedakan yang satu dengan yang lainnya. Semua murid dan santrinya diberikan cinta dan kasih sayang yang sama besarnya seperti cinta kasih sayang seorang bapak kepada anak-anaknya.

Yang membedakan derajat murid dan santri di hadapan beliau adalah kadar keikhlasan dan sumbangsihnya kepada perjuangan Nahdlatul Wathan, seperti wasiat beliau yang selalu di jadikan pedoman dan tolak ukur oleh para murid dan santrinya, yaitu :







Artinya :
“Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisiku ialah yang paling banyak bermanfaat untuk perjuangan Nahdlatul Wathan, yang paling jahat ialah yang paling banyak merugikan perjuangan Nahdlatul Wathan”.

Kepemimpinan beliau yang selalu menekankan hubungan guru dengan murid, inilah yang sulit memisahkan beliau dengan murid-muridnya, dan barangkan kali belum ada figur pimpinan selain beliau yang selalu menekankan agar selalu tetap terjalin dan terpelihara hubungan antara guru dan murid. Menurut prinsip beliau bahwa tidak ada guru yang membuang murid, akan tetapi kebanyakan murid yang membuang guru.

Adanya penekanan dan jalinan pola hubungan guru dengan murid dalam kepemimpinan beliau, menyebabkan tidak terdapatnya kesenjangan antara beliau sebgai guru dab juga sebagai pemimpin dengan warga dan murid-muridnya dan antara murid dengan murid, yang selalu diikat dengan khittah perjuangan Nahdlatul Wathan.

Demikian pula dalam setiap gerak dan langkah, beliau selalu memberikan contoh dan suri tauladan yang baik dan selalu memberikan keyakinan akan kebenaran perjuangan Nahdlatul Wathan dengan memberikan contoh yang jelas dan praktis untuk diikuti dan di laksanakan oleh murid dan santrinya. Sikap kasih sayang terhdap para murid dan santri utamanya yang memiliki dan menunjukkan nilai positif untuk perjuangan Nahdlatul Wathan tetap terlihat dalam sikap dan prilaku beliau dan tetap terdengar dari ucapan-ucapan beliau. Semua murid dan santrimendapatkan cinta dan kasih sayang serta perlakuan yang sama, selama mereka tidak merusak hubungan baiknya dengan beliau sebagai guru dan juga kepada perjuagan Nahdlatul Wathan.

Pola pendekatan dan bentuk kepemimpinan yang dimiliki beliau menyebabkan kharisma yang beliau miliki dan kecintaan murid terhadap beliau tidak pernah pudar. Beliau tetap mendo’akan para murid dan santrinya agar menjadi murid yang taat kepada Allah dan RasulNya, berbuat baik kepada ibu bapak dan gurunya. Beliau tetap memesankan dn menekankan hubungan baik dengan guru.



Beliau senantiasa menanamkan keyakinan dan kesetiaan murid kepada gurunya. Karna kerberkatan ilmu sangat bergantung pada kesetiaan dan hubungan baik murid dengan gurunya, dan kerugian bagi seorang murid apabila merusak hubugan baik dengan gurunya.

Beliau mendidik para murid dan santrinya agar selalu mencintai orang yang baik-baik utamanya para ulama’ seperti Al ‘Alimul ‘Allamah Al Magfurulah Al ‘Arifubillah Asy Syaikh Hasan Muhammad Al Masyayath.

Demikian juga beliau mengajarkan kepada murid dan santrinya untuk selalu berbaik sangka kepada semua orang dan berbuat baik terhadap orang yang pernah berbuat baik kepada Nahdlatul Wathan. Ajaran beliau, apabila seseorang  berbuat baik satu kali, maka harus dibalas sepuluh kali, bahkan seratus kali kebaikan.Jasa baik seseorang tetap dibalas dengan kebaikan.Kebaikan seseorang  tetap dibalas degan kebaikn. Kebaikan seseorang selalu diingat dan dikenang. Akan tetapi kebaikan diri kepada seseorang hendaknya dilupakan. Dan apabila ada orang berbuat jahat kepada kita, hendaklah dibalas dengan sabar, kalau tidak tahan, balaslah dengan seimbang, tidak boleh lebih.

Sebagai pemimpin ummat, beliau mempunyai pendirian dan bersikap tegas, sportif dan konsekuen terhadap apa yang beliau putuskan. Dalam menetapkan suatu masalah terutama yang bersifat prinsipin beliau selalu mengkajinya secara mendalam, tidak hanya melalui pertimbangan akan pikran pribadi, akan tetapi dengan musyawarah, dan setelah di pertimbangkan dengan matang berdasarkan dalil-dalil aqli dan naqlinya manthuq mafhumnya dan untung ruginya, maslahat dan mafsadatnya, barulah beliau menempuh jalan yang terakhir yaitu melalui shalat Istikharah sampai memperoleh suatu keputusan yang meyakinkan. Keputusan tersebut beliau laksanakan dan terapkan dengan penuh keyakinan dan sportifitas tinggi serta di upayakan untuk menjadi suatu garis atau ketetapan yang secara murni dan konsekuen di laksankan oleh seluruh murid dan santri beliau.

Dalam melaksanakan missi dan tugas organisasi, beliau senantiasa memberikan bimbingan, petunjuk dan masukan-masukan kepada semua kader dan selalu membesarkan jiwa dan semangat pengabdian kepada murid dan santrinya dengan jiwa iman dan taqwa, ikhlas dan istiqamah, jujur dan memiliki sifat syaja’ah (keberanian) serta memiliki jiwa rela berkorban untuk kepentingan ummat. Sedangkan yang paling tidak di benarkan dan tidak berkenan di hati beliau adalah sikap pessimistis, apatis, pengecut, cari muka dan ingkar janji.

Demikian pula sebagai panutan ummat beliau selalu menunjukkan sikap yang konsekuen terhadap masalah-masalah yang telah difatwakannya dan di laksanakan dengan penuh tanggung jawab. Beliau juga selalu memberikan harapan-harapan segar yang meyakinkan serta menyejukkan hati kepada para murid dan santrinya untuk menambah semangat juang dan pengabdiannya kepada agama, nusa dan bangsa melalui jalur organisasi Nahdlatul Wathan.

Titik dari perjuangan dan kepemimpinan beliau selalu bertujuan untuk kepentinagan ummat dalam upaya mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan du-niawi dan ukhrawi. Beliau sebagai pejuang dan pemimpin yang tangguh, dari semua ucapan, pengarahan  dan prilaku beliau selalu terdengar dan terlihat sikap untuk maju dan terus maju. Misalnya dari gubahan lagu/nasyid yang beliau ciptakan selalu memancarkan jiwa jihad yang tinggi dan bermakna, baik dalam upaya memerangi kebodohan, keterbelakangan maupun dalam memerangi dan menbasmi segala macam khurafat yang berbahaya bagi ummat Islam.  Dalam lagu/nasyid tersebut tercermin sifat dan sikap mental yang beliau miliki dan perlu diwariskan kepada para murid dan santri beliau sebagai generasi dan kader penerus perjuangan Nahdlatul Wathan di masa datang yaitu tekun dalam berjuang, ikhlas dalam beramal dan berkarya serta selalu dilandasi dengan jiwa iman dan taqwa  yang  merupakan muara dan pokok  pangkal perjuangan Nahdlatul Wathan. Beliau selalu menekankan bahwa dalam perjuangan itu hendaknya dilandasi dengan “ Tiga I ” , yaitu Iman, Islam dan Ihsan ; dan jangan berjuang karena mengharapkan “ tiga si ” yaitu kaki kursi, nasi basi, dan sambal terasi.

Kegairahan dalm berjuang dan menuntut ketinggiangan ilmu pengatahuan dan ketinggian martabat hidup, baik sebagai warga Nahdlatul Wathan  maupun sebagai ummat Islam untuk kepentingan duniawi dan ukhrawi tetap terdengar dari fatwa-fatwa yang b4eliau sampaikan dan tetap terlukis dalam karangan beliau , baik yang berbahasa indonesia Arab maupun yang berbahasa Indonesia dan berbahasa Sasak.

Jabatan yang Telah Diemban dan Jasa-jasanya
Sejak beliau kembali dari Mekkah Al Mukarramah yaitu setelah menamatkan studinya di Madrasah Ash Shaulatiyah, cukup banyak jabatan yang beliau emban, baik yang formal maupun non formal dalam Republik ini.

Demikian juga pengabdian dan jasa-jasanya dalam upaya ikut serta mengambil bagian dalam pembangunan agama, nusa dan bangsa agaknya dapat disejajarkan dengan tokoh-tokoh pejuang lainnya yang telah banyak berkiprah dalam negara pancasila tercinta ini.

Mengemukakan tentang jabatan yang telah diemban dan jasa-jasa yang telah beliau darma baktikan dibumi pertiwi ini, sesungguhnya bukanlah bertujuan untuk menonjolkan ppribadi beliau dan bukan pula untuk mencari popularitas yang justru kurang berkenan dan sesuai dengan falsapah hidup beliau.Karena popularitas tidak diharapkan dalam perjuangan. Akan tetapi tujuan kami mengetengahkan dan menampilkannya hanyalah untuk dapat menjadi gambaran bagi kader penerus perjuangan Nahdlatul Wathan, sekaligus dijadikn sebagai motivasi dan dorongan bagi para muriddan santri beliau dalam upaya meningkatkan semangat juangnya dalam ikut sarta berkiprah dan berhidmat kepada agama, nusa dan bangsa.

Dalam pada itu, jasa-jasa beliau yang telah diabadikan kepada Republik ini, akan selalu diingat, dikenang dan dicatat dengan tinta emas dalam sejarah perjuangan Nahdlatul Wathan oleh para pewaris dan penrus perjuangan beliau.Orang-orang bijak mengatakan ‘’Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan dan pejuangnya’’.

Penglaman kerja dan jabatan yang pernah beliau emban dan merupakan jasa beliau dalam negara tercinta ini adalah sebagai berikut :

1.         Pada tahun 1934 mendirikan Pondok  Pesantren Al Mujahidin
2.         Pada tahun 1936 mendirikan Madrasah NWDI (Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiah)
3.         Pada tahun 1943 mendirikan Madrasah  NBDI (Nahdlatu Banat Diniyah Islamiyah )
4.         Pada tahun 1945 pelopor kemerdekaan RI untuk daerah Lombok.
5.         Pada tahun 1946 pelopor penggempuran NICA di Selong Lombok Timur.
6.         Pada tahun 1947/ 1948 menjadi Amirul Hajji ke Makkah dari NIT ( Negara Indonesia  Timur)
7.         Pada  tahun 1948/1949 anggota delegasi NIT ke Saudi Arabia
8.         Pada tahun 1950 Konsulat NU ( nahdlatul Ulama’) Sunda Kecil.
9.         pada tahun 1952 Ketua Badan Penasihat Masyumi Daerah Lombok.
10.      Pada tahun 1953 Mendirikan Organisasi Nhdlatul Wathan.
11.      pada tahun 1953 Ketua Umum PBNW pertama.
12.      Pada tahun 1953 merestui terbentuknya Nudan PSII di Lombok.
13.      Pada tahun 1954 merestui terbentuknya PERTI Cabang Lombok.
14.      Pada tahun 1955 Anggota Konstituante RI hasil PEMILU I (1955)
15.      Pada tahun 1964 mendirikan Akademi Paedagogik Nahdlatul Wathan
16.      Pada tahun 1965 mendirikan Ma’had Darul Qur’an Wal Hadits Al Majidiyah Asy Shafi’iyah Nahdlatuk Wathan.
17.      Pada tahun 1971 – 1982 Anggota MPR RI hasil pemilu II dan III dari Fraksi Golongan Karya
18.      Pada tahun 1971- 1982 Anggota Penasehat Majelis Ulama’ Indonesia
19.      Pada tahun 1974 mendirikan Ma’had Lil Banat
20.      Pada Tahun 1975 Ketua Penasehat Bidang Syara’ Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram ( Sampai Sekarang ).
21.      Pada tahun 1977 mendirikan Universitas HAMZANWADI .
22.      Pada tahun 1977 Rektor Universitas HAMZANWADI ( Sampai Sekarang )